Siluet Bidadari


image by google




“Setiap detik adalah mahakarya.Tersenyumlah,Tuhan mencintaimu lebih dari yang kamu butuh.” Ucap seorang bidadari yang beranjak pergi.

Kabut tipis turun begitu anggun dengan gumpalan samar-samar awan . Mungkin disebabkan efek hujan semalam. Langit masih tampak biru dengan guratan kecil garis horizontal berwarna oranye. Aku ingin sekali berada disana dengan segala kemegahan dan keindahannya. Seketika hati kecilku sendiri menyanggah “kamu akan sirna begitu saja kala siang menyapa.” Namun tak ku hiraukan. Aku bahagia.

Aku kembali menatap langit. Ditemani secangkir susu cokelat panas,aku merasakan sesuatu yang berbeda. Langit yang ku pandang pagi ini agak malu menampakkan cerahnya. Burung-burungpun berkicau dengan nada rendah bahkan ada yang diam. Apa yang sebenarnya terjadi hingga aku merasa pagi ini sedikit tak ku maknai. Ah sudahlah pikirku.

Masih dalam posisi sama,aku memalingkan wajahku. Mataku tertuju pada satu arah dimana Ibu selalu membuatkan susunan rumah dari lego berwarna merah,biru,kuning,dan hijau. Aku mengingat jelas raut wajah Ibu kala itu.Tanpa ku sadari,bendungan air sudah mengumpul di sudut bawah mataku. Aku tak mengerti tentang apa yang baru saja terjadi padaku.Sudut ruang,rumah lego,atau kerinduanku pada Ibu. Entahlah.Aku tak mengerti.

Aku kembali tersingkap untuk menatap langit lebih lama lagi. Suatu keterikatan batin yang selalu mempertemukanku dengan kabut tipis di pagi hari. Seketika langit yang ku pandang menjadi imajinatif. Jauh lepas mata memandang,terdapat rumah dari lego yang berukuran besar dan berdiri kokoh disana. Banyak kuda terbang cantik berwarna pink,ungu,hingga peach.Mereka beterbangan saling bergurau.Peri-peri kecil memainkan tongkat sihir yang ujungnya terdapat mahkota kecil berbentuk segilima bermotif rajutan.Persis dalam negeri dongeng dan di film barbie . Sangat indah.

Suasana menjadi hangat,sangat nyaman dan menenangkan.Setiap hari mungkin tidak selalu baik,tetapi ada sesuatu yang paik di setiap hari.Hari ini aku tidak ada kegiatab. Dan aku hanya berencana menghabiskan hari di rumah. Tiba-tiba ku dengar suara langkah kaki dari dalam ruang tamu. Posisi ruang tamu dengan teras dimana sekarang aku duduk tidak berjarak jauh. Sehingga sangat memungkinkan apabila suara langkah kaki seseorang terdengar jelas. Aroma parfum yang menyegarkan menusuk hidung begitu saja.Dalam radar sejauh ini pun aku bisa mencium aroma parfumnya.Sudah bisa ditebak.Sosok berparas gagah dan tinggi dengan kacamata full frame berwarna degradasi cokelat dan merah bata itu adalah Ayah. Pagi ini Ayah berseragam rapi,dengan kemeja panjang berwarna biru dongker dan celana hitam panjang dilengkapi sepatu hitam pekat. Dan pastinya bisa dipakai untuk berkaca.
Sementara itu,aku hanya tersenyum melihat Ayah.Rasa syukur senantiasa ku ucap setiap melihat kerutan di kening Ayah.
”Ayah berangkat ke jogja dulu nak. Mungkin akan kembali dua atau tiga hari lagi .Kamu jaga diri baik-baik ya.jangan lupa makan.” Kata ayah sambil membelai rambutku.
“baik ayah.” Responku sambil mencium punggung tangan ayah.
                                                                          ***

Tiupan angin mulai membawa kabut tipis untuk beranjak pergi.Guratan-guratan oranye pun sedikit menghilang.Semula ada perasaan tidak setuju ,mengapa hal-hal yang menenangkan ini beranjak pergi.Tetapi perasaan demikian lenyap ketika sepoi angin mulai melewati telingaku dan membelai lembut membelah poniku. Dalam keheningan, ku alunkan beberapa nada pemecah bisu.Sejam lewat,tiga jam berlalu.Pukul delapan lebih dua menit pagi.Jam besar di dinding teras rumah seolah berteriak padaku.Samar-samar guratan oranye masih dapat ku lihat,kicauan burung-burung yang beterbangan masih dapat ku dengar jelas.

Perlahan di waktu yang membisu,ku telusuri tiap adegan dalam hidupku.Mataku berkeliaran kemana-mana ,mencari secercah cahaya yang mungkin saja menyelinap masuk melalui celah-celas tirai dari bambu.Hawa udara makin lama makin hangat.Aku bangkit dari tempat duduk dan mengambil roti dari dalam rumah yang sudah dibuatkan ayah.Roti panggang tumpuk dengan selai kacang adalah sarapan kesukaanku.Kemudian aku kembali ke teras dan meletakkan sepiring roti tepat di depan hadapanku.Ku tahan nafasku dan mulai menggigitnya perlahan.Cita rasa roti selai kacang ini selalu sama,terhitung sejak pertama kali aku memakannya.Kira-kira dua tahun lalu,tatkala itu sedang turun hujan.Dulu aku senang sekali saat ibu membuatkanku roti panggang selai kacang.Aku selalu terdiam memandang jemari ibu yang lentik diatas olesan selai kacang.Hanyut oleh ekspresi keikhlasan.Kenangan silam kembali muncul.Meja kecil di hadapanku ini tak berubah sedikitpun.Masih saja seperti dua tahun lalu.Walaupun sudah dua tahun lalu tapi sepertinya masih kemarin.Entah.Aku merindukan Ibu.

Aku tetap duduk dan terdiam bagai patung.Aku merasa bagai seseorang yang sedang bermimpi indah dan tak ingin dibangunkan dari mimpinya.Aku seperti seorang anak kecil yang menangis bahagia karena dibelikan permen gula oleh ibunya.Aku merindu lagi.Aku sayang ibuku,tapi Allah lebih menyayanginya.Tepat setahun lalu,Ibu meninggalkanku dan ayah.Aku merasa telah menemukan dunia fantasi yang membawaku pada kisah-kisah menyedihkan di negeri dongeng.Masih terekam jelas diingatanku ketika ibu menjepit sisi kiri rambutku dan membelai dengan sayang.Kadang-kadang aku masih dengan tanpa sadar menunggu perintah dari ibu untuk makan.Seketika aku menyadari bahwa aku telah memikirkan bubur yang tak akan pernah berubah menjadi nasi.Segala sesuatu yang sudah terjadi,tak ada gunanya ditangisi.Rela untuk melepaskan,rela untuk tidak memiliki lagi,dan rela untuk menerima kenyataan bahwa memang cinta tak selamanya bisa bersama.Cintaku untuk ibu akan selamanya bersemayam dalam jiwa dan raga.Jika ada pertemuan pasti ada perpisahan.Angin kembali bertiup lebih menenangkan dari sebelumnya dan aku pun mulai mengantuk.
                                                                                 ***

Aku sudah tak bisa membedakan mana tiupan angin mana teriakan manusia.Bisa jadi aku sudah berada di alam mimpi yang membawaku bertemu dengan banyak manusia.Namun ada perasaan aneh yang mengendap dalam relung mataku yang kemudian masuk menjelajahi pikiranku.Aku melihat seorang perempuan dari kejauhan.Posisinya yang membelakangi matahari membuatnya terlihat seperti siluet.Tapi siluet kali ini terlihat berbeda,tepat di belakang  punggungnya terdapat sepasang sayap yang menggelepar sesuai irama.Serupa dengan bidadari.Ah bukan pikirku.Semakin ku perhatikan,siluet itu semakin mendekat ke arahku.Saat itu aku merasa sedang tengkurap di atas tumpukan marshmallow dan kakiku sulit digerakkan.Ku lihat sosok perempuan itu.Dia berpakaian putih.Kali ini laksana seorang malaikat jelita,bukan lagi bidadari.Lantas perempuan itu berdiri di depanku.Ku dongakkan kepala untuk memandangnya.Aku sama sekali tak mengenalinya,karena tepat di bagian wajahnya terpancar cahaya.Namun semakin ku perhatikan,cahaya itu semakin pudar.Kedipan sepasang mata indah dan senyum dengan lesung pipi itu tidak mungkin ku lupa.Itu ibu.Ya,itu ibu.Aku sungguh kaget dan tak berkutik sedetikpun.Aku bingung dengan penglihatanku.Benarkah semua ini?
“ibuu..” panggilku.
Ibu tak menjawab dan hanya tersenyum.Lukisan senyum di wajah Ibu sangat indah dan elegan.Bahkan mengalahkan keindahan lukisan Leonardo Da Vinci .Aku ingin bangkit dan memeluk ibu,tapi tidak mudah.Ah sudahlah,memandangnya saja sudah bahagia.

Ku kira aku masih dalam mimpi ketika aku rasakan guncangan hebat.Awalnya ku dengar suara gemuruh,kemudian suara halilintar bergema dengan menggelegar. ku lihat puing-puing rumah,potongan lego,dan kursi beterbangan.Karena merasa takut,aku pun bangkit untuk berlari.Tetapi tidak bisa.Tiba-tiba susu cokelat panas tersiram di kepalaku.Terasa ada cairan yang mengalir dari dahiku.Aku pun tersadar bahwa saat ini diriku terluka.Dalam keadaan panik,aku mencoba untuk kembali bangkit.Terasa ada beban berat yang hinggap di kakiku.Astagfirullah…kakiku tertimpa pilar rumah.Aku merintih kesakitan.Pandanganku masih kabur.Ku tatap arah depan dengan pandangan vertikal,siluet  bidadari yang ku temui di tumpukan marshmallow tadi menghampiriku.Semakin mendekat ke arahku,mencium keningku,kemudian berkata “setiap hari adalah mahakarya.Tersenyumlah..Tuhan mencintaimu lebih dari yang kamu butuh.” Siluet itu menjauh dan beranjak pergi.Siluet bidadari itu Ibu.

Aku berteriak memanggil Ibu.Namun ibu tak menghiraukan,menoleh ke arahku pun tidak ibu lakukan.Ibu menghilang seketika.Dari kejauhan ku lihat ayah berlari ke arahku.Tampak jelas sekali bahwa ayah begitu mengkhawatirkanku.Kemudian ayah membantuku untuk bangkit dan membawaku ke mobil untuk segera dibawa ke rumah sakit.Beberapa menit lalu terjadi gempa. Tidak berskala besar namun mampu merobohkan bangunan di sekitar . Anehnya aku sama sekali tak merasakannya.Dalam kebingungan aku mulai mencerna apa yang baru saja terjadi padaku. Melalui kaca mobil,aku melihat matahari yang hampir condong ke barat diiringi dengan burung-burung yang kembali ke peraduan. dan sekarang aku bersama ayah dengan keadaan terluka. 

                                                                                ***


Aku bercerita kepada ayah jikalau aku bertemu ibu.Namun ayah hanya tersenyum.
“terkadang perpisahan adalah cara Tuhan untuk menyelamatkanmu.Ketika kamu di hadapkan pada perpisahan,kamu masih boleh berharap,tetapi tetap sadar akan kenyataan.Tuhan pasti telah merencanakan semua.Karena Tuhan bisa membaca apa yang tidak bisa dibaca oleh pandanganmu.” Tutur ayah dalam kesunyian.
“Aku percaya yah,segala sesuatu sudah direncanakan oleh Tuhan. Tapi ternyata tidak mudah untuk melepaskan seseorang yang benar-benar disayangi . Karena di dunia ini ada beberapa hal yang disebut takdir  dan sisanya adalah pilihan.Kadang-kadang pilihan terbaik adalah menerima.” Jawabku spontan.
“anak manis,apa yang benar di mata kita belum tentu benar di mata Tuhan .Percayalah bahwa Tuhan punya bermacam cara untuk membuatmu bahagia.Ibu sudah bahagia disana,dan Ibu akan selamanya tinggal bersama dalam hati kita.” Ucap ayah menenangkan.
Aku hanya mengangguk .
“tersenyumlah,Tuhan mencintaimu lebih dari yang kamu butuh.” Tambah ayah memecah keheningan.


TAMAT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#RIPJustice

tasbih bersamaku , rosario bersamamu